“Roh atau Daging?” Renungan Harian: Rabu, 16 Oktober 2024


Pekan Biasa XXVIII

Gal 5:18-25; Mzm 1:1-2.3.4.6; Luk 11:42-46


    Kesanggupan menyalibkan keinginan-keinginan daging adalah tanda bahwa seseorang itu sungguh-sungguh hidup dalam Roh. Pencabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, percekcokan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah dan kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya merupakan perbuatan-perbuatan kedagingan yang harus disalibkan (ditinggalkan). Orang yang hidup dalam Roh selalu melahirkan sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, sikap lemah lembut, dan penguasaan diri. Roh menuntun pada kemerdekaan sejati yaitu kehidupan kekal. Sedangkan kedagingan menuntun pada kehancuran, perbudakan dan kebinasaan kekal. 

    Yesus dalam Injil memperingatkan kaum Farisi dan ahli-ahli Taurat yang hidup dalam bimbingan kedagingan. Yesus memakai kata celakalah, celakalah dan celakalah. Orang Farisi mementingkan hal-hal duniawi seperti mencari kedudukan, ketenaran dan penghormatan. Ahli-ahli Taurat meletakkan beban bagi orang lain sedangkan mereka tidak pernah menyentuhnya. Hati mereka bejat dan sudah membatu. Tak ada lagi Roh di dalam hati, budi dan diri mereka. Mereka melengserkan kehendak dan mengabaikan keadilan Allah yang terpatri sejak semula dalam diri mereka. 

    Pada masa ini sikap kedagingan tampil secara baru yatu hidup dalam tembok. Setiap orang mementingkan dirinya sendiri. Budaya perjumpaan dalam kasih telah dikuburkan oleh sikap egois. Semboyan “siapa kamu dan siapa saya” menjadi paradigma kedagingan yang paling mematikan di zaman ini. Lawan dibinasakan, musuh dihancurkan. Tangisan dan penderitaan kaum lemah bukannya memancing gairah untuk monolog, tetapi ditinggalkan bahkan diasingkan dalam penderitaan yang berkepanjangan. Ada anggapan kedagingan paling berbahaya di zaman ini: ‘yang penting hanyalah saya, yang lain tidak penting. Mereka yang menderita, bukan urusan saya’. Sadar atau tidak sadar, kita yang hidup dalam model kedagingan ini adalah juga kumpulan kaum Farisi dan ahli-ahli Taurat modern yang dikritik Yesus hari ini. Maukah kita menyalibkan model kedagingan ini dan memberi diri dituntun oleh Roh? 


Penulis: Fr. Rio Batlayeri




No comments:

Post a Comment