"Sunat Rohani" Renungan Harian: Selasa, 15 Oktober 2024



Pekan Biasa XXVIII

Peringatan Wajib St. Teresia dari Salib, Perawan dan Pujangga Gereja

Gal 4:31b-5:6; Mzm 119:41.43.44.45.47.48; Luk 11:37-41


Pantulan iman berwujud dalam kasih. Sunat atau tidak sunat bukan menjadi ukuran persatuan dengan Kristus, melainkan hanya iman yang bekerja oleh kasih. Mengapa orang Kristen tidak menjadikan sunat sebagai tanda persatuan dengan Kristus? Karena ada sunat rohani yang melampaui daya fisik. Melalui sunat rohani, setiap orang disaturagakan dengan Kristus. Sunat rohani itu ialah pembaptisan yang melaluinya seseorang diperbaharui dari hidup lama (kedagingan) menuju hidup baru dalam Roh. Melalui Roh, seorang tidak lagi hidup sebagai budak dosa melainkan bersatu dengan Kristus sebagai anak-anak Allah yang merdeka.

Aspek kemerdekaan itu bukan perkara tampilan luar. Kemerdekaan sejati soal membersihkan apa yang ada di dalam diri yang mengganggu atau menghambat persatuan dengan Kristus. Itulah sebabnya, Yesus mengkritik kaum Farisi yang hanya fokus pada tampilan  luar. Dalam diri mereka terdapat tumpukan kotoran perampasan dan kejahatan yang tidak pernah dibersihkan. Aroma kejahatan dari dalam itulah yang merusak tampilan luar. Bahkan mengasingkan mereka dari Roh dan kebenaran. Inilah model perhambaan dosa yang membinasakan.

Santa Teresa dari Yesus, Perawan dan Pujangga Gereja yang diperingati hari ini menunjukkan bagaimana cara hidup dalam Roh dan kebenaran. Ia terkenal karena ketaatan dan kecintaannya pada Yesus. Sebagai orang merdeka, ia bertekad bulat untuk mengabdikan dirinya untuk Tuhan yang sangat dia cintai. Dalam satu doanya dia mengungkapkan begini:  “Yesus, tentu Engkau senang mempunyai mainan. Biarlah saya menjadi mainanMu! Anggap saja saya ini mainanMu. Bila akan Kauangkat, betapa senang hatiku. Jika hendak Kausepak kian kemari, silakan!’ Dan kalau hendak Kautinggalkan di pojok kamar lantaran bosan, boleh saja. Saya akan menunggu dengan sabar dan setia. Tetapi kalau hendak Kautusuk bolaMu. . .O, Yesus, tentu itu sakit sekali, namun terjadilah kehendakMu!”

Sebagai anak-naka Allah yang merdeka, kita semua diberikan tanggung jawab untuk melanjutkan kemerdekaan itu. Kristus telah membuat kita menjadi merdeka melalui pengorbanan salib-Nya. Karena itu belajar dari St. Teresia, hendaknya kita tetap teguh mempertahankan kemerdekaan Kristus dengan merenungkan ketetapan-ketetapan Allah dang mengabdi-Nya seumur hidup. Sambil itu kita trus berupaya mematahkan kuasa kejahatan dan hawa nafsu yang membelenggu.


     

Penulis: Fr. Rio Batlayeri

 

No comments:

Post a Comment