Pekan Biasa XXVIII
Peringatan Wajib St. Teresia dari Salib, Perawan dan Pujangga Gereja
Gal 4:31b-5:6; Mzm 119:41.43.44.45.47.48; Luk 11:37-41
Pantulan iman berwujud dalam
kasih. Sunat atau tidak sunat bukan menjadi ukuran persatuan dengan Kristus,
melainkan hanya iman yang bekerja oleh kasih. Mengapa orang Kristen tidak
menjadikan sunat sebagai tanda persatuan dengan Kristus? Karena ada sunat rohani
yang melampaui daya fisik. Melalui sunat rohani, setiap orang disaturagakan
dengan Kristus. Sunat rohani itu ialah pembaptisan yang melaluinya seseorang
diperbaharui dari hidup lama (kedagingan) menuju hidup baru dalam Roh. Melalui
Roh, seorang tidak lagi hidup sebagai budak dosa melainkan bersatu dengan
Kristus sebagai anak-anak Allah yang merdeka.
Aspek kemerdekaan itu bukan
perkara tampilan luar. Kemerdekaan sejati soal membersihkan apa yang ada di
dalam diri yang mengganggu atau menghambat persatuan dengan Kristus. Itulah
sebabnya, Yesus mengkritik kaum Farisi yang hanya fokus pada tampilan luar. Dalam diri mereka terdapat tumpukan
kotoran perampasan dan kejahatan yang tidak pernah dibersihkan. Aroma kejahatan
dari dalam itulah yang merusak tampilan luar. Bahkan mengasingkan mereka dari
Roh dan kebenaran. Inilah model perhambaan dosa yang membinasakan.
Santa Teresa dari Yesus, Perawan
dan Pujangga Gereja yang diperingati hari ini menunjukkan bagaimana cara hidup
dalam Roh dan kebenaran. Ia terkenal karena ketaatan dan kecintaannya pada
Yesus. Sebagai orang merdeka, ia bertekad bulat untuk mengabdikan dirinya untuk
Tuhan yang sangat dia cintai. Dalam satu doanya dia mengungkapkan begini: “Yesus, tentu Engkau senang mempunyai mainan.
Biarlah saya menjadi mainanMu! Anggap saja saya ini mainanMu. Bila akan
Kauangkat, betapa senang hatiku. Jika hendak Kausepak kian kemari, silakan!’
Dan kalau hendak Kautinggalkan di pojok kamar lantaran bosan, boleh saja. Saya
akan menunggu dengan sabar dan setia. Tetapi kalau hendak Kautusuk bolaMu. .
.O, Yesus, tentu itu sakit sekali, namun terjadilah kehendakMu!”
Sebagai anak-naka Allah yang
merdeka, kita semua diberikan tanggung jawab untuk melanjutkan kemerdekaan itu.
Kristus telah membuat kita menjadi merdeka melalui pengorbanan salib-Nya.
Karena itu belajar dari St. Teresia, hendaknya kita tetap teguh mempertahankan
kemerdekaan Kristus dengan merenungkan ketetapan-ketetapan Allah dang
mengabdi-Nya seumur hidup. Sambil itu kita trus berupaya mematahkan kuasa
kejahatan dan hawa nafsu yang membelenggu.
Penulis: Fr. Rio Batlayeri

No comments:
Post a Comment