Kesatuan Dalam Kasih: Renungan Hari Raya Tritunggal Maha Kudus

 

Hari Raya Trituggal Maha Kudus 

Tahun C

Ams 8:22-31; Mzm 8:4-5.6-7.8-9; Rm 5:1-5;Yoh 16:12-15

Saudara-saudari terkasih. Allah yang kita imani adalah Allah yang Esa dan penuh kasih. Karena kasih, Allah yang Esa itu mewahyukan Diri-Nya dalam tiga Pribadi yang sehakikat: Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Ketiga Pribadi ini bagaikan pikiran, perkataan, dan perbuatan. Allah Bapa sebagai yang merancang dan menghendaki. Allah Putra sebagai Sabda yang mewujudkan rancangan dan kehendak Bapa. Allah Roh Kudus sebagai Daya Ilahi yang menyempurnakan apa yang dikehendaki oleh Bapa dan yang diwujudkan oleh Putra. Artinya, kita tidak memiliki tiga Allah. Kita memiliki satu Allah dalam Pribadi yang berkehendak, Pribadi yang bersabda dan Pribadi yang menyempurnakan.

Sebelum segala sesuatu diciptakan, kebijaksanaan Allah telah hadir sebagai awal dari segala karya-Nya. Dalam bacaan pertama, Kitab Amsal menyatakan, "TUHAN telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya, sebagai perbuatan-Nya yang pertama-tama dahulu kala" (Ams. 8:22). Dalam terang Perjanjian Baru, kebijaksanaan ini dipahami sebagai Sabda Allah, Sang Logos, yang bersama Bapa sejak awal mula (Yoh. 1:1-2). Melalui-Nya, segala sesuatu dijadikan. Dia adalah Yesus Kristus, Sang Putra, yang lahir bukan diciptakan, sehakikat dengan Bapa.

Kedatangan-Nya ke dunia membawa damai sejahtera dan memulihkan hubungan manusia dengan Allah, sebagaimana disampaikan Rasul Paulus dalam bacaan kedua. Melalui Yesus Kristus, keselamatan dianugerahkan kepada kita yang beriman kepada-Nya. Kita yang dahulu terasing dari Allah kini diterima sebagai warga Kerajaan-Nya. Dulu kita menjadi budak dosa sekarang memperoleh pembebasan rohani berkat jasa Yesus Kristus. Karya keselamatan yang sungguh agung ini membuka pintu kerahiman Allah, sehingga kita dapat hidup dalam kasih-Nya dengan penuh pengharapan. Roh Kudus sebagai karunia kasih Allah, dicurahkan ke dalam hati kita untuk menuntun perjalanan hidup menuju kebenaran yang sejati. Dialah penghibur yang menguatkan kita dalam penderitaan serta menuntun kita menuju Yesus Kristus yang adalah jalan kebenaran dan hidup. Sekalipun kuasa dosa ada dan menyerang dunia, kita yang sudah dibenarkan oleh Yesus Kristus dan dituntun oleh Roh Kudus, mampu berjalan seirama dengan kehendak Bapa yang dari kekal sampai kekal, tetap memegang janji-Nya kepada Abraham, Bapa leluhur kita.

Hubungan erat antara Bapa, Putra, dan Roh Kudus itu semakin  dipertegas dalam Injil Yohanes yang kita dengarkan hari ini. Selama berada di bumi, Yesus melaksanakan kehendak Bapa yang telah mengutus-Nya. Ia dan Bapa adalah satu (Yoh. 14:1). Melalui karya-Nya di muka bumi, Bapa dimuliakan. Puncak karya-Nya (sengsara, wafat, dan bangkit) adalah saat di mana Bapa memuliakan Dia berkat jasa-Nya yang agung itu (Yoh. 17:5). Setelah dimuliakan, Ia kembali kepada Bapa. Saat itulah, Roh Kudus sebagai Daya Ilahi diutus ke dalam dunia untuk menyampaikan kebenaran yang diterima-Nya dari Bapa dan Putra. Ia meneguhkan hati umat yang percaya (para murid dan Gereja) serta menginsafkan orang yang tidak percaya. Supaya yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa! (Fil. 2:10-11).

Saudara-saudari terkasih, karya Allah Tritunggal adalah misteri kasih ilahi yang mengungkapkan betapa Allah sungguh mengasihi kita. Tidak ada alasan lain di balik pewahyuan Allah sebagai Bapa, Putra, dan Roh Kudus selain cinta kasih yang abadi. Segala cara dilakukan supaya kita tetap bersatu dengan-Nya. Dia begitu mencintai kita, bahkan sampai rela menderita, wafat dan bangkit. Kita yang asing, tercerai-berai dan dibelenggu oleh dosa dan maut, kini dikumpulkan kembali dan dimeteraikan dalam Darah Anak Domba. Allah menciptakan, memelihara, menyelamatkan, dan menguduskan kita semata-mata karena kasih-Nya yang tanpa syarat. Siapakah kita, sehingga Allah begitu peduli kepada kita? Mari kita renungkan ini baik-baik. Masih kurangkah kasih Allah itu? Tidak! Dia telah merancang segala yang indah; bersabda dengan lembut, menggerakkan dengan penuh perhatian. Apa tanggapan kita akan misteri Allah Tritunggal ini?

Saudar-saudari terkasih. Marilah kita memuji dan meneladani misteri karya Allah Tritunggal yang sungguh mengagumkan ini. Dia memanggil kita untuk terlibat di dalam karya yang sama. Seperti Bapa menciptakan, memelihara dan tidak membiarkan satu pun binasa, kita pun dipanggil membawa damai, sukacita, dan harapan. Di sekitar kita ada yang terluka oleh perang dan kemiskinan. Banyak dari antara mereka yang meninggal tanpa mengucapkan salam perpisahan dengan kaum kerabat mereka. Janganlah mati rasa. Jangan biarkan ketidakpedulian membunuh cinta kasih.

Mari kita bergerak keluar seperti Sabda yang berinkarnasi menjadi manusia. Kita perlu berjalan ke arah sana untuk menemukan wajah-wajah yang terluka supaya kita tertampar oleh keadaan mereka. Hidup sejati hanya ditemukan dalam keterlibatan dengan sesama, bukan dalam kesendirian. Siapkan gadai kasih untuk menghancurkan senjata perang dan melawan arus kemiskinan.

Mari perbarui dunia, sebagaimana Roh Kudus memperbarui kita dalam kasih dan kebenaran. Kebenaran tidak tersembunyi dalam diri kita sebagai manusia pecundang dan egois. Kebenaran bukan sesuatu yang diukur berdasarkan keuntungan atau kerugian. Jika itu menguntungkan, itu adalah kebenaran, jika itu merugikan itu kekeliruan. Cara berpikir demikian adalah jebakan iblis. Tinggalkan segera! Kebenaran sejati adalah Allah. Dan jalan menuju kebenaran itu adalah kasih.  

Penulis: Fr. Rio Batlayeri

No comments:

Post a Comment