Relativisme Religius Manusia Kontemporer

 



Pengalaman manusia saat ini mencirikan dirinya sebagai penganut relativisme religius. Hal ini dapat ditemukan melalui fenomena kepatuhan selektif terhadap ajaran atau praktek agama. Keyakinan religius sering dilihat lebih sebagai identitas sosial daripada sebagai tuntutan spiritual yang mutlak. Ada beberapa individu tertentu mengidentifikasi diri mereka sebagai Katolik, tetapi hanya sebatas administrasi atau identitas sipil. Biasanya disebut sebagai Katolik Kartu Tanda Penduduk (KTP). Dalam prakteknya, mereka ini enggan berpartisipasi dalam kegiatan atau ritual Katolik: jarang mengikuti misa mingguan, menolak mengikuti ibadah bersama serta menjauh dari anggota Gereja lain yang ada di lingkungan mereka. 

Selain Katolik KTP, ada pula golongan jenis lain yang sama dengan itu yaitu Katolik Napas (Natal Paskah). Mereka ini muncul hanya pada momen-momen tertentu, seperti Natal atau Paskah. Mereka hadir pada dua perayaan tersebut, namun setelah itu, keterlibatan dalam aktivitas Gereja menjadi berkurang drastis. Mereka enggan mengikuti misa mingguan, jarang berinteraksi dengan anggota Gereja lainnya, dan cenderung menghindari tanggung jawab sebagai bagian dari Gereja. 

Kedua fenomena di atas mencerminkan proses demitologisasi dalam agama. Agama dipandang sekadar sebagai identitas sosial belaka, bukan sebagai medium untuk menggapai yang transenden (Allah sebagai asal tujuan hidup setiap insan). 

Dua model relativisme religius itu, menurut pengamatan saya, sangat mencolok baik di Indonesia maupun di negara lain; baik di kawasan perkotaan maupun di pedesaan. Hal ini sering kali kurang disadari. Konsekuensinya, agama perlahan-lahan di singkirkan dari kehidupan publik pada zaman ini. Akhir dari perbuatan tak bersadar ini memunculkan deretan kesangsian moral. Orang berbuat baik atau tidak, beragama atau tidak, mengasihi atau tidak mengasihi adalah urusan pribadi. Pada tahap ini tendensi ke hal-hal rohani semacam pilihan yang bisa dipakai atau dibuang sesuai kesukaan pribadi. Akankah arus relativisme ini berakhir dalam bayang-banyang manusia saat ini?

Penulis: Fr. Rio Batlayeri


No comments:

Post a Comment