Allah
menyediakan tempat bagi siapa saja. Orang baik maupun jahat memiliki berkat
yang sama. Seperti lalang tumbuh di antara gandum, demikian pula manusia jahat
dibiarkan hidup di dalam dunia ini. Walaupun Dia tahu bahwa yang jahat itu akan
memengaruhi yang baik tetapi dibiarkan hidup bahkan diberi hujan dan matahari
yang sama. Sungguh besar kasih Allah bagi manusia. Ia tidak membinasakan orang
jahat. Tidak pula menghentikan rahmat bagi mereka yang menolaknya.
Akan ada
waktunya untuk menuai. Gandum dipisahkan dari lalang. Mereka yang baik
dipersatukan dalam kerajaan surga. Di sana mereka mengalami kebahagiaan dan
takkan binasa. Sedangkan yang jahat dicampakkan ke dalam neraka. Dukacita,
kesengsaraan, tangisan dan kertakkan gigi dialami oleh mereka untuk
selama-lamanya. Inilah akhir zaman, saat di mana semua diadili berdasarkan
perbuatannya. Apa yang diperbuat hari ini menjadi gambaran masa depan.
Menarik bahwa
Yesus mengumpamakan kerajaan surga ini secara sederhana. Ia mengambil realitas
kehidupan petani untuk menerangkan perkara surgawi. Ini menunjukkan bahwa Yesus
sungguh mengenal dan memahami konteks pendengar. Hal-hal kerajaan surga sangat
sulit dipahami oleh manusia. Dengan menggabungkan realitas transenden dan
ragawi, Ia dapat membawa kabar gembira bagi yang berdukacita. Pembebasan bagi
yang tertawan. Makanan bagi yang lapar. Namun mereka yang adalah benih si jahat
pastinya tidak akan mengerti. Hati dan budi mereka telah dibutakan oleh nikmat
iblis. Telinga mereka tuli. Kejahatan hanya ada di dalam pikiran dan tindakan
mereka. Siapa yang bertelinga hendaklah ia mendengarkan.
Awal membaca
bacaan ini, saya berasumsi bahwa Tuhan tidak adil. Tuhan telah membuat
predestinasi antara orang baik dan orang jahat. Seperti benih jahat dan baik,
demikian pula sejak semula ada orang yang ditentukan untuk selamat dan ada yang
tidak diselamatkan. Hal ini sangat mengganggu saya bahkan sempat muncul sikap
pesimis dalam diri. Lebih dari itu, saya merenung nasib orang-orang jahat.
Sungguh malangnya hidup mereka karena sudah ditetapkan menjadi pribadi yang
jahat dan akan binasa pada akhir zaman. Inikah yang dimaksudkan dengan keadilan
Allah? Bukankah Allah telah berfirman bahwa manusia diciptakan serupa dan
segambar dengan-Nya?
Setelah
beberapa kali membaca dan merenungkan bacaan ini saya baru menemukan jawaban
yang cocok. Asumsi keliru yang terkonstruksi itu perlahan-lahan runtuh dari
pikiran. Ternyata bacaan ini pertama-tama mengacu pada situasi yang terjadi di
surga. Ada ciptaan yang memilih mengikuti Allah dan ada yang memilih
menolaknya. Seperti Lucifer yang awalnya adalah malaikat namun memilih untuk
menentang kehendak Allah (Bdk. Yes 14: 12-15). Inilah cikal bakal lahirnya
dosa. Setiap pilihan berkaitan dengan kehendak. Setiap kehendak ada
konsekuensinya. Dengan kehendak yang bebas, tahu dan mau, Lucifer memilih
memusuhi Allah. Artinya bahwa Allah menganugerahkan kebebasan penuh kepada
ciptaan-Nya (malaikat dan manusia). Jika ia menggunakan kebebasan untuk berbuat
baik maka ia adalah gandum. Sebaliknya, jika kebebasan digunakan untuk berbuat
jahat maka ia adalah lalang. Jadi kebaikan dan kejahatan, terang dan gelap
adalah dua kutub yang selalu ada dan saling bertentangan. Mereka yang berbuat
baik berpihak kepada Allah. Mereka yang berbuat jahat berpihak kepada iblis.
Pada intinya keduanya adalah pilihan.***
Penulis: Fr. Rio Batlayeri
No comments:
Post a Comment