Allah
itu Maha Rahim. Ia sungguh Maha Rahim. Belas kasih-Nya sungguh tak terbatas.
Hari ini pada jam 15.21 WITA aku terbangun dari tidur dan kubuka TikTok.
Saat scrolling, video pertama yang muncul ialah video lama tentang Richard Eliezer Pudihang Lumiu yang sedang dalam ruang persidangan. Video itu menggunakan
musik Goodness of God (Instrumental Worship). Di ruangan itu, ia berkata,
"Izinkan saya untuk mengutip suatu ayat yang orang tua saya selalu
ingatkan kepada saya saat kami sedang sedih dan lemah, menjadi kekuatan saya.
Mazmur 34:19: "Sebab TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hatinya, dan
Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya."[1]
Kemudian
video ini menambahkan percakapan Yesus dengan banyak orang (Bdk. Matius
18:12-14):
Yesus :
Karena kita tahu Allah lebih dekat kepada yang sakit daripada yang sehat. Apa ada
gembala domba di antara kalian? Ada berapa ekor?
Orang
lain : ehh.. 100.
Yesus : Kalau ada satu yang hilang kamu mau apa?
Orang
lain : aku akan mencarinya.
Yesus :
Tentu, tentu. Bagaimana dengan 99 lainnya?
Orang
lain : Aku akan tinggalkan. Aku mencari yang hilang.
Yesus : Kalau sudah ketemu?
Orang lain : Aku akan menaruhnya di bahuku lalu aku bawa pulang. Dan mungkin aku akan menari-nari. Hahahahahaha...!
Yesus : Kalian mengerti apa yang dia
katakan? Lebih besar kegembiraan atas seekor itu daripada ke-99 ekor
yang tidak sesat. Demikian juga Bapamu di surga tidak menghendaki seorang pun
dari anak-anak ini hilang. Aku berkata kepadamu: akan ada sukacita di surga
karena satu orang yang berdosa yang bertobat.
Seketika
batinku tersentuh dan jiwaku meneteskan air mata sebab kasih Allah
sungguh-sungguh dekat kepadaku. Mata-Nya menyinari langkah hidupku. Bahkan di
dalam kesesakan dan kejahatan serta keberdosaanku yang kulakukan hari ini, Ia
tetap mencari dan menggendong hidupku. Baru sesaat aku berdosa, Ia telah
menyadarkanku melalui video ini.
Bukan
satu video itu saja. Ketika aku mulai lanjut scroll tiga kali, aku menemukan
video seorang frater membagikan komuni untuk umat. Video ini menggunakan musik
yang sama, yaitu Goodness of God (Instrumental Worship).[2]
Dan saat aku membuka kolom komentar, ada seorang berkomentar melalui akun
@savior.extern seperti ini: “Syukur masih banyak yg mau jadi pastor di
tengah gempuran banyak nona manis yang jomblo lama.” Seketika aku tersenyum
sendiri dan berkata, sungguh bahwasanya kasih Allah begitu hebat dalam diriku.
Ia menyadarkanku akan dosa dan kelemahan dan sekarang Ia menghiburku dengan
video ini.
Bagiku,
dua video singkat dengan musik yang sama itu bukanlah kebetulan. Allah melalui
cara yang sederhana dan modern ini melembutkan hatiku yang membatu ini. Bagiku
ini adalah balutan kasih dari Sang Bapa. Iya betul, ini adalah sebuah balutan
yang sungguh mempesona. Sesaat aku berdosa, seketika kerahiman Bapa bernyala
tak berhingga. Aku sungguh bangga memiliki Bapa yang penuh belas kasih. Ia
membalut dan mengangkat aku dari jurang keberdosaan dan mengingatkanku betapa
perjalanan panggilan yang sedang kutempuh ini adalah anugerah yang penuh dengan
tantangan.
Ia yang telah menabur benih panggilan dalam diriku, sebab memang Ia adalah Sang Penabur. Kini taburan benih itu telah mengeluarkan tunas dan mulai bertumbuh. Ia masih sangat kecil, dan tampak rapuh untuk menghadapi angin yang keras. Meski hampir patah, namun Ia tidak mematahkannya. Ia justru membuatnya tegak kembali.
Terima
kasih Bapa, terima kasih..!
Regina Caeli laetare, aleluia.
Quia quem meruissti portare, aleluia.
Resurrexit sicut dixit, aleluia.
Ora pronobis Deum, aleluia.
Penulis: Fr. Rio Batlayeri

No comments:
Post a Comment