Dalam Suatu Malam yang Gelap

 


Dalam suatu malam yang sunyi dan gelap, terdapat tatapan suci seakan merenggut wajah keberdosaan yang membara ini. Suara cicak dan angin sepoi-sepoi menemani dan menghiburku dalam ruang hati yang kosong. Seketika batinku bersuara, dan ingatanku tertuju pada kata mendiang Paus Fransiskus yang berbunyi: "Gereja bukan hakim, melainkan rumah sakit bagi dunia yang terluka."

Dalam ingatan yang sama, aku mengenang kembali Misa Paus Fransiskus di GBK, saat dalam ritus pembuka beliau mengungkapkan seruan tobat dalam bahasa Indonesia: "Saya mengaku..."

Sungguh, ingatan itu makin diperdalam lagi oleh motto beliau: "Miserando atque eligendo" (Dengan belas kasih, Ia memanggilnya).

Dari rantai ingatan itu, batinku diajar oleh seruan: "Yesus, Engkau Andalanku," dan tak kusangka, hari ini adalah hari spesial: Minggu Kerahiman Ilahi.

Lautan belas kasih dari Sang Bapa bagaikan seorang ibu menyusui bayinya. Seperti anak kecil yang mendambakan susu belas kasih dari ibunya, demikian pula manusia yang rapuh, lemah, dan tak berdaya, amat memerlukan susu kerahiman.

Manusia sering jatuh, jatuh, dan jatuh. Namun Sang Bapa tidak membiarkan anak-Nya tergeletak. Dalam Kerahiman-Nya yang tak terselami itu, Ia seakan berbisik:

"Anakku, bangunlah.

Kerapuhanmu adalah kekuatan-Ku.

Kejatuhanmu adalah pertolongan-Ku.

Lukamu adalah kesembuhan-Ku."

Sungguh malam yang gelap tidak benar-benar gelap sebab cahaya belas kasih dan kerahiman Bapa menyinari kegelapan itu. Cahaya itu menyembuhkan jiwa yang terluka serta memantulkan dengan segera lantunan kasih yang membungkus tubuh yang rapuh ini. Ternyata ini sudah yang dimaksudkan Paus sebagai Gereja Rumah Sakit.

Penulis: Fr. Rio Batlayeri 

 Sepenggal lantunan ingatan akan Papa Francesco 🕊️🕯️ 

2 comments: