“Bertahan Dalam Kehendak Baik: Konsekuensi Sebagai Pengikut Kristus”






Hari Biasa Pekan XVI

  Yer. 7:1-11;Mzm. 84:3.6a.8a.11;Mat. 13:24-30


Kesombongan adalah lawan dari kerendahan hati. Melalui kesombongan lahirlah perbuatan  yang bersumber dari iblis yakni hawa nafsu seperti amarah, dendam, fitnah, keserakahan, kemunafikan dan lebih parah lagi ialah menjadi penyembah berhala. Sedangkan kerendahan hati melahirkan perbuatan yang berasal dari Allah yakni cinta kasih yang dibingkai dengan semangat pengorbanan. Perlu diketahui bahwa kesombongan dan kerendahan hati ini menunjuk pada dua tipe manusia yaitu jahat dan baik. Seringkali keduanya saling berlawanan, misalnya orang jahat memusuhi atau menghancurkan mereka yang baik. Fenomena ini diungkapkan dalam semboyan: “Semakin besar kebaikan, semakin besar pula tantangannya.”

Pada bacaan pertama dikisahkan bahwa Allah menyuruh nabi Yeremia supaya bersabda kepada bangsa Yehuda untuk memperbaiki tingkah laku mereka yang jahat. Sebab rupanya mereka mulai menyimpang dari apa yang dikehendaki oleh Allah. Bukan itu saja, mereka pula telah terperosok masuk ke jalan orang fasik yakni menyembah berhala dan menjadi sombong. Muncul sebuah pertanyaan, mengapa Allah menyuruh nabi Yeremia mengatakan demikian? Karena bangsa itu adalah anak-anak atau benih-benih yang berasal dari Allah, sehingga Ia tak membiarkan mereka binasa. Hal ini tampak jelas ketika Allah sendiri mengatakan bahwa: “Jangan percaya kepada perkataan dusta.” Senada dengan itu, Yesus dalam bacaan Injil mengutarakan perumpamaan tentang benih gandum dan lalang. Benih gandum itu menggambarkan tentang manusia baik yang berasal dari Allah dan lalang menunjuk pada manusia yang jahat. Namun, pertanyaannya, mengapa tuan kebun tidak mencabut lalang dari gandum tersebut? Karena keduanya memiliki kemiripan sehingga ketika lalang dicabut maka gandum pun akan ikut tercabut. Meskipun di lain sisi, lalang bisa menghancurkan atau membunuh gandum tetapi dibiarkan untuk bertumbuh secara bersamaan. Sebab ada waktunya untuk mencabut dan membakar lalang tersebut yaitu saat musim menuai tiba.

Dalam kehidupa ini seringkali orang merasa kecewa, marah dan bersungut-sungut karena diperhadapkan dengan orang-orang yang jahat. Namun yang perlu diketahui bahwa hal ini sudah dialami lebih dulu oleh Yesus, ketika Ia datang ke dunia untuk mewartakan kerajaan sorga tapi toh Dia dibenci, dihina, disiksa bahkan disalibkan. Cara yang sama pun terjadi atas para pengikut-Nya seperti santo Petrus bersaksi tentang kebenaran tetapi dibunuh; atau santo Paulus yang dengan segenap hati menyebarkan Injil tetapi pada akhirnya ia juga dipenggal kepala. Semuanya ini mau menunjukkan bahwa bertahan dalam kebaikan adalah konsekuensi menjadi pengikut Kristus. Meskipun dunia ini menghadirkan orang-orang jahat yang menawarkan kenikmatan, namun  kita yang adalah orang baik haruslah senantiasa bertahan dalam kebenaran dan kebaikan. Atau karena kebaikan kita dibenci, dihina, ditindas tetapi berusahalah selalu untuk bertumbuh dalam ketekunan dan berbuah dalam kebaikan. Sebab seringkali orang jahat(anak-anak iblis) itu licik dalam mencari cela untuk merayu atau menghancurkan anak-anak Allah. 

Bagaimana seseorang dapat bertahan dalam kebaikan? Pandanglah gandum yang dikisahkan dalam Injil tadi bahwa meskipun lalang hidup disekelilingnya bahkan sering menyedot makanan atau sumber energi dari padanya tetapi ia berusaha bertumbuh dan menghasilkan buah. Olehnya itu, kita pun haruslah senantiasa rendah hati kendati seringkali merasa lelah karena energi rohani dikikis terus-menerus oleh mereka yang jahat tetapi berusahalah mengasihi mereka. Cara untuk mendapatkan energi itu setiap waktu ialah keheningan. Sebab melalui keheningan kita akan berjumpa dengan Dia yang adalah sumber energi itu. Supaya dengan begitu energi tersebut tetap ada dan memampukan kita untuk bertahan dalam kebaikan. Sehingga pada saat menuai atau akhir zaman kita akan dikumpulkan dan dimasukkan dalam lumbung yakni kehidupan kekal. 


 Penulis: Fr. Rio Batlayeri

No comments:

Post a Comment