“Tendensi Generasi Milenial” (Refleksi Filosofis Fenomena Digital Dari Sudut Pandang Etika Teleologi)


   


Contoh Kasus

Menurut penilaian, banyak orang muda zaman sekarang tidak mau bekerja keras, menolak berkorban untuk orang lain, dan cenderung mencari apa yang disukai saja, misalnya menghabiskan waktu sangat banyak untuk bermain game atau chatting dengan teman. Berikan penilaian terhadap fenomena itu dari sudut pandang teleologi yang cocok.

 

 

Anak muda zaman sekarang hidup di era yang diliputi pelbagai kemajuan dalam segala hal. Salah satu bentuk nyata dari kemajuan itu ialah hadirnya berbagai varian alat teknologi, misalnya ponsel(gadget). Alat yang satu ini memiliki pelbagai platform[1] internet (seperti: Whatsapp, Instagram, YouTube, Facebook, Tiktok, Game online, dan lain sebagainya). Meskipun semua platform ini memiliki kegunaan untuk menginput atau mengakses jutaan bahkan ribuan informasi, tapi toh bisa memicu potensi negatif bagi para penggunanya(orang muda). Misalnya: tidak mau bekerja keras, menolak berkorban untuk orang lain, dan cenderung mencari apa yang disukai saja, contohnya menghabiskan waktu sangat banyak untuk bermain game atau chatting dengan teman.

Dalam Teori-teori Klasik Etika, contoh atau realitas hidup dari anak muda di atas dapat digolongkan sebagai perilaku hedonisme yang merupakan salah satu bagian atau cakupan dari Etika Teleologi. Secara harfiah hedonisme ini merupakan pandangan yang berorientasi pada kesenangan (Yunani:hedone)[2] Hal ini didasarkan pada sorotan sentral bahwa kodrat manusia ialah mencari kesenangan dan meninggalkan ketidaksenangan. Konsep demikian pertama kali digagas oleh Aristippos dari Kyrene (sekitar 433-335 sM), yang adalah seorang murid Socrates. Bagi dia kesenangan itu bersifat badani karena selalu diserahkan oleh tubuh atau badan seseorang.

Kesenangan adalah hal utama dan tujuan terakhir yang perlu diperjuangkan atau dicari oleh setiap individu. Kendati demikian ada batas untuk mencari kesenangan tersebut. Batas ini bukanlah penghalang bagi seseorang untuk tidak lagi mencapai kesenangan melainkan menjadi instrumen kontrol bagi seseorang, agar mempergunakan kesenangan dengan baik dan tidak membiarkan diri terbawa atau dikuasai olehnya. Bagaimana seseorang dapat tahu membatasi dirinya dari kesenangan? Cara yang perlu ditempuh tidak lain adalah harus mengetahui jenis-jenis keinginan yang menarik seseorang untuk tiba pada sesuatu yang diidam-idamkan atau disenangi. Menurut Epikuros ada tiga varian keinginan, yaitu keinginan alamiah yang perlu(seperti makanan); keinginan alamiah yang tidak perlu(makanan yang enak); dan keinginan yang sia-sia (seperti kekayaan).[3]

Tiga jenis keinginan tadi dapat dijadikan sebagai landasan untuk menilai fenomena yang terjadi atas kaum muda zaman sekarang. Misalnya berdasarkan realitas, banyak dari antara mereka cenderung menghabiskan waktu untuk bermain game online (free fire, Mobile legends atau PlayerUnknown's Battlegrounds) dan chatting dengan sesama(pacar). Hal ini dapat dikategorikan sebagai keinginan alamiah yang tidak perlu. Meskipun secara kodrati setiap individu perlu juga memiliki waktu untuk bersantai(bermain) dan menjalin relasi dengan sesamanya. Namun akan menjadi tidak wajar kalau seluruh waktu dihabiskan untuk melakukan hal demikian, bahkan aspek yang lebih penting( seperti bekerja) diabaikan. Padahal kesenangan yang dimaksudkan oleh kaum hedonisme menurut Epikuros adalah jalan untuk mencapai ataraxia: ketenangan atau keadaan jiwa seimbang yang tidak membiarkan diri terbelenggu atau terganggu oleh hal-hal yang lain.[4]

Olehnya itu dapat dikatakan bahwa tendensi yang dimiliki kaum muda tersebut adalah keinginan yang tidak perlu. Mengapa dapat dikatakan demikian? Karena jiwa mereka sedang berada dalam zona ketidaknyamanan. Meskipun tampak bahwa perbuatan mereka menjadi sumber kesenangan atau kebahagiaan, akan tetapi kecondongan itu mengikat mereka terhadap sesuatu yang bobotnya tak ternilai sedikitpun. Selain itu kecondongan ini pula menarik mereka pada kemalasan dan tak memberikan peluang sedikitpun untuk orang lain(berkorban). Disinilah tampak adanya egoisme etis yang pada prinsipnya ialah mendahulu kepentingan pribadi ketimbang orang lain (saya-duluan-orang-lain-belakangan-saja). Secara moral perbuatan tersebut perlu dibaharui sebab dapat berpotensi pada benturan relasi interpersonal. Dengan demikian tampak jelas bahwa kecondongan kaum muda (milenial) adalah kebahagian atau kesenangan individual yang tampaknya tak berkualitas, sebab mereka membiarkan diri dikuasai oleh keinginan yang tidak perlu(dalam bahasa Kristiani disebut nafsu yang tak teratur yang menggelapkan budi).


(Fr. Rio Batlayeri)

 

 

 

 

 

 



[1] Brooke Auxier dan Monica Anderson, “A Majority of Americans Say They Use YouTube and Facebook, While Use of Instagram, Snapchat and TikTok Is Especially Common among Adults under 30.,” t.t., 2–6.

[2] Prof. DR. Johanis Ohoitimur, MSC, “Etika Dasar Pengantar Prinsip-Prinsip Filsafata Moral_Bahan Ajar Kuliah Mahasiswa Semester II Program Studi Filsafat dan Teologi”(Manado: Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng, 2021, edisi perbaikan), hlm.117.

[3] Ibid.., 118

[4] Loc.Cit..,hlm.118

No comments:

Post a Comment