“Ketika Aku Sakit Kamu Melawat Aku: Refleksi Diakonia-Martyria"


 

Frater Rio Batlayeri

 

Setiap manusia pasti akan mengalami sakit pada suatu waktu dalam hidupnya. Namun, apakah sakit membuat seseorang kehilangan harapan akan sembuh? Atau sebaliknya, apakah sakit bisa membuat seseorang menyadari bahwa ia selalu memiliki harapan? Saat mengalami sakit, seseorang merasakan kesedihan dan kesulitan hati karena ia tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya. Ia harus terbaring di tempat tidur, sulit untuk berjalan, makan, dan tidur, serta sulit untuk merasa senang karena organ tubuhnya tidak berfungsi normal. Orang sakit seringkali menangis untuk mengungkapkan rasa sakitnya, sedangkan berdoa menjadi salah satu cara spiritual untuk menyerahkan diri pada kehendak Tuhan. Namun, banyak yang percaya bahwa sakit juga dapat menjadi tanda ketakberdayaan di mana Roh dan Kasih Allah tersalurkan. Melalui rasa sakit ini, seseorang dapat mengalami kehadiran Allah dalam hidupnya. Bahkan ketika ia merasa tidak berdaya, ia masih memiliki harapan akan kesembuhan karena ia tahu bahwa Allah selalu ada di sisinya.

Pada kegiatan Diakonia-Martyria tahap kedua ini saya diutus dan ditugaskan oleh Komunitas di Rumah Sakit Hermana Lembean. Bersama dengan beberapa teman, kami melakukan kunjungan kepada orang sakit. Kunjungan ini bukan hanya dilakukan untuk pasien yang beragama Katolik saja tetapi bagi mereka yang menganut agama lain. Dalam kunjungan itu kami hendak bercerita dan berdoa. Tujuan dari semuanya ialah untuk menghibur dan menguatkan mereka yang sakit supaya tidak hilang harapan, putus asa dan cemas. Melalui apa yang kami lakukan itu ternyata memberikan sukacita bagi mereka bahkan ada pula meneteskan air mata karena merasa tersentuh dengan pelayanan yang kami buat.

Ada salah seorang yang beragama Protestan berasal dari Laikit. Dia mengatakan bahwa “meski pun saya berbeda keyakinan, namun apa yang kalian buat itu justru mengungkapkan bahwa tidak ada perbedaan.” Dengan spontan saya langsung merespons perkataan demikian: “pak, saling melayani itu prinsipnya tidak memandang perbedaan. Jika kita melayani sesama dengan memandang perbedaan itu bukan pelayanan, tetapi pertunjukan yang menuntun pada konflik. Perbedaan haruslah dihayati dalam semangat cinta kasih. Karena tanpa cinta kasih malah kita makin sakit akibat perbedaan itu. Coba bayangkan, ketika bapak sedang sakit berat dan dibawa ke rumah sakit ini, namun petugas medis(perawat) menyampaikan bahwa yang boleh masuk di rumah sakit ini hanya orang Katolik, apa perasaan bapak? Pasti kecewa dan marah, bukan? Karena itu, kita jangan mengorbankan nilai kehidupan hanya karena perbedaan. Mari kita berjalan bersama untuk saling menghidupi.”

Perbedaan bukanlah menjadi sekat untuk melayani melainkan jalan untuk menghidupi. Merawat orang sakit adalah tugas yang paling luhur dan mulia. Mengapa demikian, karena bukan nyawa seseorang saja yang diselamatkan, melainkan telah turut ambil bagian dalam perutusan sebagai murid Kristus. Perutusan ini harus menjadi faktor pendorong untuk mewujudkan cinta kasih bagi sesama teristimewa mereka yang sakit. Sebab ketika kita melawat orang sakit, secara tidak langsung telah melawat Kristus yang tersalib akibat dosa manusia. Sebab Kristus sendiri pernah bersabda “Ketika aku sakit engkau melawat Aku.” Supaya makin menjadi pribadi yang setia melayani dibutuhkan tiga hal yaitu berdoa, mengenal Allah dalam diri sesama dan mencintai tanpa pandang bulu.

Berdoa adalah hal yang sangat penting dalam melayani orang sakit. Dengan berdoa, kita dapat memohon kekuatan dari Allah untuk memberikan perawatan terbaik kepada orang sakit. Selain itu, mengenal Allah dalam diri sesama juga menjadi kunci untuk melayani dengan setia. Ketika kita memandang orang sakit dengan pandangan kasih Allah, kita dapat memberikan perawatan yang lebih empati dan penuh perhatian. Tidak hanya itu, mencintai tanpa pandang bulu juga menjadi faktor penting dalam melayani orang sakit. Sebab, saat kita melayani orang sakit, kita harus melihat mereka sebagai sesama manusia yang membutuhkan kasih sayang dan perhatian, bukan melihat mereka dari status sosial, agama, atau suku bangsa mereka.

Dalam melayani orang sakit, tidak hanya kita membantu mereka dalam kesembuhan fisik, tetapi juga membantu mereka dalam kesembuhan mental dan spiritual. Oleh karena itu, perawatan yang diberikan haruslah disertai dengan cinta kasih, perhatian, dan pengertian yang mendalam. Dengan begitu, kita dapat menjadi pribadi yang setia melayani dan turut mengambil bagian dalam perutusan sebagai murid Kristus untuk membantu orang sakit dan mewujudkan kasih sayang Tuhan di dunia.

Menjadi seorang pelayan yang setia dalam melayani orang sakit bukanlah hal yang mudah. Namun, ketika kita memandang pelayanan ini sebagai tugas luhur dan mulia yang diberikan oleh Tuhan, maka kita akan dengan senang hati dan sukacita melayani mereka. Saat kita memberikan perawatan kepada orang sakit dengan sepenuh hati dan dengan kasih sayang yang tulus, kita juga memperoleh kebahagiaan dan kedamaian batin yang tiada tara. Mari kita jadikan melayani orang sakit sebagai sebuah tindakan nyata untuk menunjukkan rasa syukur dan pengabdian kita kepada Allah, serta sebagai cara untuk memperlihatkan kasih sayang dan kepedulian kita kepada sesama manusia yang membutuhkan.

"Sakit menjadi tanda ketakberdayaan di mana Roh dan Kasih Allah tersalurkan. Karena itu Kita jangan mengorbankan nilai kehidupan hanya karena perbedaan."

No comments:

Post a Comment