Karma: Hukum Sebab Akibat
Kata karma berasal dari akar kata Sanskerta "kr," yang berarti "melakukan" atau "membuat." Karma juga diartikan sebagai perbuatan atau tindakan serta kehendak (Martin & Moraitis, 2014, Bab 1). Konsep karma dalam ajaran Hindu mencakup tindakan fisik, pikiran, niat, dan kata-kata. Setiap perbuatan menciptakan jejak energi pada jiwa kita, mempengaruhi perjalanan spiritual. Tidak hanya tindakan nyata, pikiran dan niat juga diperhitungkan. Pikiran dan niat buruk menghasilkan karma negatif; sebaliknya, pikiran dan niat baik menghasilkan karma positif. Alam semesta digambarkan sebagai jaringan kausalitas rumit. Individu berperan sebagai pengarang nasib mereka melalui pilihan dan tindakan. Dalam reinkarnasi, karma menentukan kondisi kelahiran kembali. Jiwa dengan karma buruk mungkin terlahir dalam kondisi penuh tantangan, sedangkan jiwa dengan karma baik terlahir dalam kondisi lebih baik (Budiasa, 2024). Hukum karma mengajarkan tanggung jawab pribadi yang mendalam. Individu didorong untuk hidup dengan kesadaran penuh etika. Setiap tindakan, pikiran, dan niat memiliki implikasi signifikan bagi perjalanan spiritual dan keseimbangan kosmis (Bdk. Reichenbach, 1990, hlm. 11).
Pentingnya karma terletak pada pemahaman mendalam bahwa tidak ada tindakan yang terjadi tanpa konsekuensi. Setiap tindakan, entah buruk maupun baik, akan menghasilkan dampak yang sesuai. Karma memperkuat gagasan bahwa kehidupan manusia adalah hasil dari pilihan-pilihan yang dibuat, bukan sekadar kebetulan. Prinsip tanggung jawab etis mendorong individu untuk mempertimbangkan setiap tindakan dengan cermat, karena bahkan tindakan terkecil sekalipun dapat memiliki implikasi yang signifikan. Dalam konteks ini, karma berfungsi sebagai panduan moral yang mengingatkan manusia bahwa setiap perbuatan, pikiran, dan niatnya membawa jejak energi yang memengaruhi keseimbangan kosmis dan perjalanan spiritualnya. Dengan memahami dan menginternalisasi prinsip karma, seseorang diharapkan dapat menghindari tindakan yang merugikan dan mendorong perbuatan baik yang mendukung kesejahteraan diri sendiri dan orang lain. Pemahaman ini juga mengajarkan bahwa penderitaan atau kebahagiaan yang dialami bukanlah hasil dari nasib acak, melainkan hasil dari tindakan masa lalu, yang memberikan kesempatan untuk belajar, berkembang, dan memperbaiki diri di setiap langkah perjalanan hidup. Karma bukan hanya dalil filosofis, tetapi juga prinsip praktis yang mengarahkan individu menuju kehidupan yang lebih bermakna dan seimbang, di mana setiap pilihan yang dibuat memiliki tujuan dan konsekuensi yang jelas. Dalam kerangka ini, (Mudarman, 2024) memperjelas bahwa:
"Karma terjadi sekarang dan yang akan datang. Roh kita akan membawa atau mencatat semua karma itu. Saat kita meninggal, apa yang telah kita lakukan selama hidup akan menentukan apa yang kita terima nanti. Misalnya, jika saya berbuat jahat sekarang dan meninggal sebelum menerima hasil karma itu, saya akan menerimanya di kehidupan berikutnya."
Karma tidak hanya berkaitan dengan balasan instan terhadap tindakan seseorang. Sering kali, hasil dari tindakan mungkin tidak langsung terlihat atau bahkan mungkin tidak dialami dalam kehidupan saat ini. Dalam keyakinan Hindu, karma dapat membawa efek jangka panjang yang melampaui satu kehidupan, dengan dampak yang mungkin baru terwujud dalam kehidupan selanjutnya atau bahkan dalam kehidupan setelah kematian, melalui proses reinkarnasi. Hal ini berarti bahwa setiap perbuatan, baik maupun buruk, meninggalkan jejak energi yang memengaruhi kondisi dan pengalaman jiwa di masa depan. Oleh karena itu, karma tidak hanya mengajarkan dampak langsung dari tindakan, tetapi juga mendorong untuk mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang dari setiap pilihan yang dibuat. Dengan pemahaman ini, karma berfungsi sebagai pendorong kuat bagi individu untuk selalu bertindak dengan baik dan bijaksana, mengingat bahwa setiap tindakan kita memiliki implikasi yang mendalam dan berkelanjutan. “Contohnya, jika hari ini seseorang memukul orang lain, ada kemungkinan besar mereka akan dipukul di kemudian hari sebagai akibat dari tindakan mereka. Begitu juga, jika seseorang berbuat baik saat ini, mereka akan menerima hasil positif dari perbuatan tersebut di masa yang akan datang"(Sariga, 2024, hlm. 12).
Tiga Macam Karmaphala
Manusia Karmaphala terdiri dari dua kata yaitu karma dan phala, berasal dari bahasa Sanskerta. "Karma" artinya perbuatan dan "Phala" artinya buah, hasil, atau pahala. Jadi Karmaphala artinya hasil dari perbuatan seseorang. Umat Hindu percaya bahwa perbuatan yang baik (subha karma) membawa hasil yang baik dan perbuatan yang buruk (asubha karma) membawa hasil yang buruk. Jadi seseorang yang berbuat baik pasti baik pula yang akan diterimanya. Karmhaphala memberi keyakinan kepada umat Hindu untuk mengarahkan segala tingkah laku manusia agar selalu berdasarkan etika dan cara yang baik guna mencapai cita-cita yang luhur dan selalu menghindari jalan dan tujuan yang buruk. Phala dari karma itu ada tiga macam yaitu (Khotimah, 2013):
Sancita Karmaphala: Phala dari perbuatan dalam kehidupan terdahulu yang belum habis dinikmati dan masih merupakan benih yang menentukan kehidupan manusia sekarang.
Prarabda Karmaphala: Phala dari perbuatan manusia pada kehidupan ini tanpa ada sisanya lagi.
Kriyamana Karmaphala: Phala perbuatan yang tidak dapat dinikmati pada saat berbuat sehingga harus diterima pada kehidupan yang akan datang.
Dengan kata lain, Karmaphala, dalam ajaran Hindu, memainkan peran penting dalam kehidupan seseorang, baik di masa lalu, masa kini, maupun masa depan. Dalam kehidupan sebelumnya, perbuatan yang dilakukan membentuk hasil yang mempengaruhi kondisi kehidupan saat ini. Konsep ini dikenal sebagai Sancita Karmaphala, yang merupakan akumulasi dari semua tindakan yang belum menghasilkan buah dalam kehidupan sebelumnya. Hasil dari kebaikan atau keburukan yang dilakukan di masa lalu muncul sebagai kebahagiaan atau penderitaan dalam kehidupan saat ini.
Di kehidupan saat ini, hasil dari perbuatan yang dilakukan secara langsung dirasakan, dikenal sebagai Prarabda Karmaphala. Ini adalah karma yang sudah mulai berbuah dan mempengaruhi kondisi kehidupan sekarang. Tindakan baik seperti membantu orang lain dapat membawa kebahagiaan dan kedamaian, sedangkan tindakan buruk dapat membawa kesulitan dan penderitaan. Selain itu, tindakan yang dilakukan dalam kehidupan saat ini tetapi belum menghasilkan buah akan mempengaruhi kehidupan mendatang. Ini disebut Kriyamana Karmaphala. Perbuatan baik dan buruk yang belum sepenuhnya dirasakan dalam kehidupan sekarang akan diterima pada kehidupan berikutnya. Misalnya, perbuatan baik yang belum memberikan hasil di masa sekarang akan memberikan hasil yang positif di kehidupan selanjutnya.
Pemahaman tentang Karmaphala mengajarkan umat Hindu untuk selalu bertindak dengan kesadaran penuh akan dampak dari setiap tindakan mereka. Ini bukan hanya tentang menghindari konsekuensi buruk, tetapi juga tentang menciptakan kebaikan dan kesejahteraan jangka panjang, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Konsep ini mendorong individu untuk bertindak secara etis dan bijaksana, menyadari bahwa setiap perbuatan memiliki konsekuensi yang akan dirasakan, baik dalam kehidupan kini maupun di kehidupan selanjutnya.
Penjelasan-penjelasan di atas sejalan dengan hasil wawancara kami, yang memberikan wawasan lebih mendalam tentang konsep karma. Berikut adalah hasil wawancaranya:
"Karma terjadi sekarang dan di masa yang akan datang. Roh kita mencatat semua karma tersebut. Ketika kita meninggal, apa yang telah kita lakukan selama hidup akan menentukan apa yang kita terima di masa depan. Misalnya, jika saya berbuat jahat sekarang dan meninggal sebelum menerima hasil karma itu, saya akan menerimanya di kehidupan berikutnya. Dalam agama Hindu, Karmaphala dibagi menjadi tiga bagian: pertama, Sanchita Karma, yaitu akumulasi dari semua karma yang telah dikumpulkan dalam semua kehidupan masa lalu, yang belum dijalani dan menunggu waktu untuk memberikan hasilnya. Kedua, Prarabdha Karma, yaitu bagian dari Sanchita Karma yang telah mulai memberikan hasilnya dalam kehidupan sekarang, karma yang sedang dijalani dan mempengaruhi nasib serta kejadian dalam kehidupan saat ini. Ketiga, Agami Karma, yaitu karma yang dihasilkan oleh tindakan yang dilakukan sekarang dan akan mempengaruhi kehidupan mendatang."(Mudarman, 2024, hlm. )
Penulis: Fr. Rio Batlayeri dan Fr. Tommy
Daftar Pustaka
Budiasa, I. N. (Direktur). (2024, Mei). Lampiran Hasil Wawancara: Responden III.
Khotimah. (2013). Agama Hindu dan Ajaran-ajarannya (Pertama). Percetakan Pusaka.
Martin, B. Y., & Moraitis, D. (2014). Karma and Reincarnation: Unlocking your 800 Lives to Enlightenment. Jeremy P. Tarcher.
Mudarman, W. (Direktur). (2024, Mei). Lampiran Hasil Wawancara: Responden I.
Reichenbach, B. (1990). The Law of Karma: A Philosophical Study. Springer.
Sariga, I. M. (Direktur). (2024, Mei). Lampiran Hasil Wawancara: Responden II.
No comments:
Post a Comment