Pekan Biasa XXV
Ams 30:5-9; Mzm 119:29.72.89.101.104.163;Luk 9-1-6
Yesus mengutus keduabelas murid-Nya. Perutusan ini adalah perjalanan iman untuk mewartakan kerajaan Allah. Santapan utama dalam perjalanan iman ini adalah sabda Allah yang menjadi pelita bagi langkah manusia. Dan karena itu, Sabda lebih besar daripada tongkat, bekal, roti atau uang, atau dua helai baju. Yesus mau supaya para murid menikmati perjalanan iman itu dengan bersandar pada Sabda Allah. Itulah sebabnya, dalam bacaan pertama ditegaskan bahwa sabda Tuhan itu murni.
Supaya fokus pada perutusan dan menikmati perjalanan iman, jangan meminta menjadi kaya. Kekayaan membuat orang tidak tahu diri, lupa akan Allah dan tidak mau terlibat dalam perutusan. Inilah salah satu bahaya di zaman ini yang membuat manusia sering mencemari Allah dengan korupsi, kolusi dan nepotis.
Bayangkan saja, apabila pada waktu itu para murid fokus pada hal-hal lahiriah, sudah pasti akan tersesat. Mereka pergi menjalankan perutusan, tetapi dengan cepat mereka akan lupa siapa yang mengutus mereka. Jika mereka telah mendapatkan harta duniawi yang diidamkan, mereka tidak akan ingin kembali kepada Sang Pengutus. Akan tetapi syukurlah bahwa mereka taat dan mengikuti apa yang diperintahkan Yesus. Mereka menikmati perutusan atau perjalanan iman itu dengan hati yang tulus, serta berhasil menegakkan Kerajaan Allah di tengah orang-orang yang mereka jumpai.
Mari kita belajar dari pengalaman para murid. Kita adalah bagian dari mereka dan karena itu kita pun dipanggil untuk menikmati peziarahan iman kita di dunia ini. Di atas pundak kita ada tanggung jawab luhur: mewartakan Kerajaan Allah kepada seluruh umat manusia. Kita dapat melaksanakan tugas mulia ini karena bersandar pada Sabda-Nya bukan pada tongkat, harta, roti atau pakaian.
Sebelum kita bersaksi tentang Allah dan Kerajaan-Nya, kita harus terlebih dahulu mendalami Sabda-Nya dengan sungguh-sungguh. Jangan sampai kita memberikan kesaksian yang palsu. Kesaksian dusta lahir dari kekurangan pengetahuan akan kehendak Allah, yang menyebabkan kita kehilangan cahaya kebenaran. “Apa yang benar menurut saya adalah benar, padahal itu bertentangan dengan kehendak Allah." Dalam kegelapan dan ketidaktahuan kita bertindak seolah-olah itu benar dan sesuai dengan kehendak Allah, padahal itu adalah kesaksian dusta. Hati-hati terhadap hal ini.!
No comments:
Post a Comment