"Yang Abadi" : Renungan, Rabu 11 September 2024


Pekan Biasa XXIII

1Kor 7:25-31; Mzm 45:11-12.14-17;  Luk 6:20-26


Berbahagialah dan berbahagialah! Celakalah dan celakalah! Begitulah seruan yang disampaikan Yesus kepada murid-murid-Nya dalam Injil hari ini. Ia menegaskan bahwa kebahagiaan sejati tidak ditemukan dalam kemegahan duniawi tetapi dalam kesetiaan kepada Allah. Orang yang kini miskin, lapar, menangis dan yang dibenci, dicela dan ditolak demi Anak manusia, akan mengalami sukacita dan kebahagiaan kekal. Tetapi celakalah mereka yang saat ini kaya, kenyang, tertawa dan yang dipuja-puji oleh dunia, karena akan mengalami kesusahan yang tak berujung. Mengapa Yesus mengatakan hal ini? Karena segala sesuatu yang berasal dari dunia fana ini akan berlalu, sementara yang datang dari surga akan bertahan selama-lamanya.

     Rasul Paulus berpendapat bahwa orang yang bergantung pada hal-hal duniawi akan mengalami kesusahan badani. Supaya tidak mengalami kesusahan semacam itu, manusia perlu bertindak seolah-olah tidak mempergunakan barang-barang duniawi. Artinya, kekayaan, kenikmatan dan popularitas duniawi tidak boleh menjadi tujuan utama yang perlu digapai di dunia ini. Hanya satu hal yang perlu diraih yakni mahkota kemuliaan surgawi. 

Mereka yang menolak penderitaan akan sulit mencapai kemuliaan surgawi. Biasanya, orang-orang ini mencari pujian, kekayaan, dan kekuasaan duniawi, yang akhirnya membawa mereka pada kebinasaan yang tak terelakkan. Sebaliknya, mereka yang rela menanggung penderitaan demi kebenaran sedang menapaki jalan menuju surga. Dengan menghadapi penderitaan, mereka menunjukkan kesetiaan kepada Allah dan setia mengarahkan hatinya pada hal-hal yang abadi.

Penulis: Fr. Rio Batlayeri


No comments:

Post a Comment