Pekan Biasa
XXIX
Ef 2:12-22; Mzm 85:9ab-10.11-12.13-14; Luk 21:35-38
Tembok yang dahulu memisahkan
orang Yahudi dari bangsa-bangsa lain kini telah runtuh. Melalui darah-Nya yang
mengalir dari kayu salib, Kristus telah menjadikan kita satu umat, satu
keluarga baru. Ia memanggil kita, baik yang dekat maupun yang jauh, untuk
bersatu dalam kasih-Nya. Inilah panggilan bagi dunia masa kini, di mana
perbedaan sering kali dianggap sebagai jurang pemisah, bukan sebagai kekayaan
yang mempersatukan. Kita diingatkan bahwa dalam persatuan sejati, tidak ada
ruang bagi prasangka, diskriminasi, atau kebencian. Semua orang dipersatukan
oleh satu Roh, diterangi oleh cahaya yang sama, yang tak pernah pudar meski
dunia terus berubah.
Yesus, Sang Penjaga jiwa-jiwa,
juga memanggil kita untuk hidup dengan kesiapsiagaan rohani, seperti hamba yang
berjaga menantikan tuannya pulang. Di tengah arus ketidakpastian dunia ini,
kesiapan hati untuk selalu setia dan waspada menjadi panggilan yang semakin
mendesak. Ini bukanlah sekadar menunggu dengan rasa cemas, melainkan sebuah
undangan untuk menjalani hidup dengan makna yang mendalam dan harapan yang
teguh. Setiap detik adalah kesempatan untuk setia dalam hal-hal kecil, tetap
berjaga dalam iman, dan siap menyambut Tuhan yang hadir dalam keheningan, di
saat yang tidak kita duga. Kesiapsiagaan bukanlah tindakan menahan napas,
tetapi hidup dalam ritme kasih yang terus berdetak, di mana iman membimbing
langkah dan cinta menjadi pelita yang menerangi jalan.
Marilah kita menyalakan pelita
iman dalam jiwa kita, menyatu dalam persatuan yang sejati, dan berjaga dengan
hati yang penuh cinta. Segala perubahan zaman mungkin menggoncang, tetapi
kesetiaan pada panggilan untuk mengasihi dan melayani dengan tulus akan
menuntun kita ke dalam damai sejati. Di dalam persatuan dengan Kristus dan
kesiapan untuk selalu menyambut-Nya, kita menjadi saksi hidup dari Injil yang
bergetar dalam setiap serat keberadaan kita. Biarlah hidup kita menjadi nyala
terang yang tidak pernah padam, siap untuk menerima Tuhan yang hadir dalam
segala peristiwa, dalam setiap langkah, dan dalam setiap nafas yang
dihembuskan. Karena di sanalah, dalam kesiapsiagaan dan kesatuan yang hidup,
kita menemukan makna terdalam dari panggilan kita sebagai anak-anak Allah.

No comments:
Post a Comment