Pekan Biasa XXIX
Ef 2:1-10; Mzm 100:2.3.4.5; Luk 12:13-21
Manusia ada sebagaimana sekarang ini karena belas kasih
Allah yang melimpah. Dia memberi hidup dan keselamatan bagi manusia. Ketika
manusia jatuh ke dalam dosa karena kedurhakaannya, Allah tetap mengasihani dan
menyelamatkan. Melalui Kristus, Allah membangkitkan dan dan menyediakan tempat
di surga bagi manusia. Jadi bodohlah manusia bila ia tidak sanggup menanggapi
kasih yang sedemikian melimpah ini. Atau binasalah ia karena lebih suka menimbun sesuatu yang sia-sia.
Hari ini, Yesus mengajak kita untuk tidak bersandar pada
kenikmatan duniawi yang tampaknya memikat, namun sesungguhnya adalah ilusi yang
melunturkan jiwa. Kenikmatan dunia adalah ketidakwarasan yang menyamar sebagai
kebahagiaan; seperti bayangan di padang pasir yang menjanjikan oase namun
menghilang saat didekati. Orang kaya yang dikisahkan hari ini, menimbun harta
seolah menggenggam dunia. Namun dalam sekejap jiwanya diambil. Segala
kepemilikan yang dikumpulkannya berubah menjadi sia-sia. Saat ia menimbun kekayaan,
sesungguhnya ia sedang menggali liang kubur bagi jiwanya sendiri. Di mata dunia
ia mungkin tampak megah, tetapi di hadapan Allah, ia tidak kaya, kosong dan
hampa dari hikmat yang memberi kehidupan abadi.
Kelekatan pada kekayaan dan kekuasaan duniawi sesungguhnya
adalah rantai halus yang melilit jiwa, mengaburkan pandangan kita dari sukacita
sejati yang dijanjikan Allah. Kita terbuai dengan keunggulan dan kebanggaan
yang fana, seolah-olah itu dapat memberi makna abadi. Ketika kita memilih untuk
berpegang pada kemegahan dunia, sesungguhnya kita menukar kemuliaan ilahi
dengan bayang-bayang yang menipu. Olehnya itu, mari kita berusaha membangkitkan
kesadaran dan meneguhkan niat untuk mengupayakan hal-hal yang memberi hidup
kekal. Harta, kuasa, popularitas dan teknologi (sosmed) tidak membuat kita kaya
di hadapan Allah.
Penulis: Fr. Rio Batlayeri
No comments:
Post a Comment