Pekan Biasa XXIX
Ef 3:2-12; Yes 12:2-3.4bcd.5-6; Luk 12:39-48
Kasih Allah menyapa dunia, bukan sebagai rahasia yang jauh,
melainkan sebagai misteri yang kini tersingkap. Dalam surat kepada jemaat
Efesus, Paulus menegaskan bahwa rahasia ini adalah keselamatan yang melampaui
sekat-sekat manusiawi. Melalui Kristus, tembok pemisah diruntuhkan. Segala
bangsa disatukan dalam tubuh-Nya yang satu. Inilah panggilan bagi Gereja:
menjadi tanda nyata dari kebijaksanaan ilahi. Hidup dalam persatuan dan merawat
damai di tengah dunia yang terpecah. Mewartakan bahwa di dalam Dia, setiap
perbedaan menemukan makna dan setiap manusia diterima dalam kasih yang sama.
Namun, suara Yesus mengingatkan. Kedatangan-Nya tidak dapat
diramalkan. Laksana pencuri di tengah malam, Dia akan datang tanpa peringatan.
Kesiapsiagaan bukan sekadar pilihan, tetapi panggilan yang mendesak. Sebab
setiap orang akan dimintai pertanggungjawaban. Siapa yang diberi banyak, dari
dia akan dituntut lebih banyak. Itulah hukum Kerajaan-Nya. Kita tidak dipanggil
untuk sekadar menanti, tetapi untuk berjaga dengan hati yang setia.
Melaksanakan tugas dengan cinta yang tak pernah lelah, menghidupi panggilan
dengan ketulusan yang sejati.
Di zaman ini, ketika dunia dirundung ketidakpastian,
panggilan untuk berjaga menjadi sangat relevan. Konflik, peperangan,
ketidakadilan, kemiskinan dan krisis lingkungan hidup merajalela di mana-mana.
Persatuan yang diajarkan Paulus adalah jawabannya. Gereja harus menjadi
jembatan kasih yang mengatasi segala perbedaan. Sementara itu, tanggung jawab
pribadi dalam kehidupan sehari-hari juga tak kalah penting. Kesiapsiagaan bukan
hanya dalam hal iman, tetapi juga dalam tindakan nyata. Menjadi saksi Kristus
berarti menghadirkan harapan, membawa terang di tempat yang gelap, dan
menunjukkan kasih yang konkret di tengah dunia. Sebab Sang Tuan akan datang,
dan kita harus siap menyambut-Nya dengan hati yang terbuka, jiwa yang siap. Ia membawa sukacita bagi hamba yang setia.

No comments:
Post a Comment