"Menjaga Hati, Menyambut Kasih Ilahi" Renungan Harian: Rabu, 23 Oktober 2024

 

Pekan Biasa XXIX

Ef 3:2-12; Yes 12:2-3.4bcd.5-6; Luk 12:39-48


Kasih Allah menyapa dunia, bukan sebagai rahasia yang jauh, melainkan sebagai misteri yang kini tersingkap. Dalam surat kepada jemaat Efesus, Paulus menegaskan bahwa rahasia ini adalah keselamatan yang melampaui sekat-sekat manusiawi. Melalui Kristus, tembok pemisah diruntuhkan. Segala bangsa disatukan dalam tubuh-Nya yang satu. Inilah panggilan bagi Gereja: menjadi tanda nyata dari kebijaksanaan ilahi. Hidup dalam persatuan dan merawat damai di tengah dunia yang terpecah. Mewartakan bahwa di dalam Dia, setiap perbedaan menemukan makna dan setiap manusia diterima dalam kasih yang sama.

Namun, suara Yesus mengingatkan. Kedatangan-Nya tidak dapat diramalkan. Laksana pencuri di tengah malam, Dia akan datang tanpa peringatan. Kesiapsiagaan bukan sekadar pilihan, tetapi panggilan yang mendesak. Sebab setiap orang akan dimintai pertanggungjawaban. Siapa yang diberi banyak, dari dia akan dituntut lebih banyak. Itulah hukum Kerajaan-Nya. Kita tidak dipanggil untuk sekadar menanti, tetapi untuk berjaga dengan hati yang setia. Melaksanakan tugas dengan cinta yang tak pernah lelah, menghidupi panggilan dengan ketulusan yang sejati.

Di zaman ini, ketika dunia dirundung ketidakpastian, panggilan untuk berjaga menjadi sangat relevan. Konflik, peperangan, ketidakadilan, kemiskinan dan krisis lingkungan hidup merajalela di mana-mana. Persatuan yang diajarkan Paulus adalah jawabannya. Gereja harus menjadi jembatan kasih yang mengatasi segala perbedaan. Sementara itu, tanggung jawab pribadi dalam kehidupan sehari-hari juga tak kalah penting. Kesiapsiagaan bukan hanya dalam hal iman, tetapi juga dalam tindakan nyata. Menjadi saksi Kristus berarti menghadirkan harapan, membawa terang di tempat yang gelap, dan menunjukkan kasih yang konkret di tengah dunia. Sebab Sang Tuan akan datang, dan kita harus siap menyambut-Nya dengan hati yang terbuka, jiwa yang siap. Ia membawa sukacita bagi hamba yang setia.

Penulis: Fr. Rio Batlayeri

No comments:

Post a Comment