Konser Budaya Semarakkan Dies Natalis ke-70 Tahun Seminari Tinggi Hati Kudus dan Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng



Dalam rangka menyongsong dan memeriahkan Dies Natalis ke-70 Seminari Tinggi Hati Kudus dan Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng (STF-SP), sebuah acara spektakuler bertajuk Konser Budaya digelar dengan penuh khidmat dan kemeriahan. Acara ini diawali dengan Ibadah Vesper Mulia, kemudian dilanjutkan dengan reuni para alumni seminari yang semakin mempererat tali persaudaraan.

Puncak dari acara tersebut adalah pertunjukan seni yang menampilkan beragam budaya masyarakat Indonesia Timur. Acara ini dimulai dengan alunan kolintang yang mengiringi lagu “Oh Minahasa,” sebuah penghormatan bagi tanah Minahasa yang menjadi rumah bagi seminari ini. Selanjutnya, panggung dihidupkan dengan berbagai tarian tradisional diantaranya: Tarian Panah Kei, Tarian Pisok, Tarian Tanimbar-Myanma Tawahuk, Tarian Tide-tide, Tarian Uka Kau-kau, Tarian Kabasaran dan Tarian Cakalang yang menggambarkan kekayaan budaya Indonesia.

Selain tarian, malam budaya ini juga diwarnai dengan lagu “Soleram,” “Sajojo,” dan diakhiri dengan “Berkibarlah Benderaku,” dinyanyikan oleh Kelompok Paduan Sura Mahasiswa (PSM) yang menggetarkan semangat kebangsaan. Sebagai penutup, Mars Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng dikumandangkan, menegaskan semangat dan identitas komunitas akademik ini. Pada saat yang bersamaan, Uskup Manado, Mgr. Benedictus Estephanus Rolly Untu, MSC, memberkati patung Mgr. N. Verhoeven, MSC, pendiri STF-SP. Romo Sujoko, MSC, menjelaskan bahwa patung tersebut merupakan hadiah yang dibuat sendiri oleh salah satu alumnus STF-SP, sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan atas jasa sang pendiri.

Konser Budaya ini bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga merupakan malam vigili untuk acara puncak pada 15 Agustus yang menghidupkan tema besar Dies Natalis ke-70, yaitu "Berakar dalam Budaya, Berkomitmen dalam Misi." Melalui pertunjukan ini, seluruh civitas akademika dan alumni Seminari Pineleng menegaskan komitmen mereka untuk terus berakar dalam budaya lokal sembari menjalankan misi Kristus dalam karya dan pelayanan.

 

Penulis: Fr. Rio Batlayeri

 

 


2 comments: