Karya agung dan kemuliaan Allah harus diproklamasikan ke seluruh bumi, dan kerajaan-Nya dikabarkan di segala penjuru. Dalam rangka itulah, Yesus memilih tujuh puluh murid, mengutus mereka berdua-dua ke dalam dunia, bagaikan anak domba yang melangkah ke tengah kawanan serigala. Mereka pergi membawa cahaya, menebar sukacita, dan menyemai damai dalam dunia yang dirundung kekacauan. Bagaikan domba, mereka harus menjalankan misi ini dengan penuh kerendahan hati, kelembutan dan pengorbanan. Sebab dengan cara ini, mereka akan sanggup menghadirkan Allah dan bersaksi tentang-Nya dan orang-orang yang mendengarnya menjadi percaya dan diselamatkan. Lebih dari pada itu, mereka sanggup menangkis kebuasan serigala dengan kasih, dan kesombongan dengan kerendahan. Pengorbanan mereka menjadi cahaya yang menaklukkan kegelapan; kerapuhan mereka justru membangkitkan kekuatan Ilahi. Meskipun mereka berada dalam kesulitan tetapi selalu memasrahkan diri seutuhnya pada Allah yang menjadi benteng dan perisai mereka.
Dalam melanjutkan misi luhur yang dipercayakan oleh Kristus itu, Santo Lukas yang kita kenang hari ini menyerahkan diri sepenuhnya, setia mendampingi Santo Paulus dalam mewartakan karya agung Allah. Tanpa kenal lelah, mereka menapaki jalan yang berdebu, suara tak pernah padam dalam memberitakan Injil. Kadang mereka dicambuk oleh derita, sering kali ditolak oleh hati yang tertutup. Sebagaimana disampaikan dalam bacaan pertama, Aleksander, seorang yang keras hati, menolak kebenaran yang diwartakan oleh Paulus. Namun, mereka tak sedikit pun gentar, tak tergoyahkan oleh rasa takut, tak mengenal kata menyerah. Justru ketika dihadapkan pada perlawanan, mereka semakin lantang bersuara. Mereka tahu bahwa Tuhan menjadi perisai dan Sabda-Nya menjadi benteng yang kokoh bagi mereka. Inilah jiwa seekor domba sejati, yang meski berjalan di antara serigala yang mengancam, tetap terus melangkah dengan pasti dan tanpa gentar. Itulah sebabnya, sepanjang hidupnya, Santo Lukas mendedikasikan diri untuk memperluas misi ilahi itu. Ia menu menulis kisah dan karya Allah dalam Injil Lukas dan Kisah Para Rasul. Dengan cara inilah nyala api iman terus membara, dan cinta kasih tak pernah surut menyala.
Sebagai pengikut Kristus, kita turut dipanggil dalam arus misi suci-Nya, menyusuri jejak-Nya, melanjutkan segala yang telah Ia lakukan dan ajarkan. Apa yang dicintai dan diajarkan-Nya, itulah yang mesti kita suarakan dengan sepenuh hati, bukan setengah hati. Dengan cara itulah kemuliaan Allah menjadi nyata dan kita pun mengambil bagian dalam kemuliaan yang sama. Itulah yang harus kita wartakan. Dengan cara itulah kemuliaan Allah menjadi nyata dan kita pun mengambil bagian dalam kemuliaan yang sama.
Mari kita mulai menjalankan karya misi itu, bahkan dengan langkah-langkah sederhana, yakni memerangi kuasa kedagingan yang membelenggu jiwa. Berjuanglah agar kita tak ‘menjual’ Allah demi memuaskan kehendak tubuh dan nafsu yang fana, sebab itu adalah jalan yang membawa kebinasaan. Tetaplah setia pada jalan cahaya-Nya dan jadilah anak domba yang sejati. Biarkan roh kita menjadi nyala api yang terus berkobar, di tengah dunia ini yang sarat dengan kekacauan dan muslihatnya. Jadilah Lukas muda yang rela berkorban mewartakan Injil di setiap saat saat.!
Penulis: Fr. Rio Batlayeri

No comments:
Post a Comment