Waktu itu selalu terbatas. Buktinya ada pagi, siang, sore dan malam. Kalau waktu itu tak terbatas, maka tidak ada pagi, tidak ada siang, sore dan malam. Justru karena waktu itu terbatas, sehingga ada pagi, siang, sore dan malam. Meski begitu manusia bisa melampaui yang tak terbatas itu bila ia bermenung atau berefleksi. Dengan cara ini manusia dapat tiba pada puncak kesadaran transendental yaitu Allah yang adalah Absolut dan tak terbatas. Jadi saat manusia menyatukan dirinya dengan Allah yang tak terbatas, ia mampu membenahi dirinya dari hal-hal yang membuatnya terbatas.
Secara prinsipiil manusia itu memiliki kemampuan melampaui dirinya. Manusia memiliki tubuh, jiwa dan roh. Semakin Manusia mengandalkan hal-hal badaniah ia akan kehilangan dimensi transendental. Jika manusia melampaui tubuhnya dan menembus jiwanya dengan daya rohnya ia akan masuk pada domain aktivitas transendental. Aktivitas ini hanya bisa terjadi sejauh manusia bermenung atau berefleksi.
Manusia akan terus-menerus terbatas bila dirinya jauh dari Allah yang tak terbatas. Hal ini disebut sebagai "dosa" atau "kelalaian". Saat manusia bermenung, "dosa" atau "kelalaian" itu gugur di hadapan pandangan Allah sumber tak terbatas itu. Dalam Dia ada Kedamaian, sukacita, kekudusan dan kebenaran. Dan apabila manusia itu damai, bersukacita, kudus dan benar dia sudah sampai pada titik tak terbatas itu. Apabila ia belum sampai pada titik ini, ia masih terbatas.
Penulis: Fr. Rio Batlayeri

No comments:
Post a Comment